A.
Pendahuluan
1.
Latar Belakang
Islam merupakan salah satu agama besar di dunia saat ini. Agama ini lahir dan
berkembang di Tanah Arab. Pembawa ajaran ialah Muhammad. Agama ini lahir salah
satunya sebagai reaksi atas rendahnya moral manusia pada saat itu. Islam mulai
disiarkan sekitar tahun 612 di Mekkah. Karena penyebaran agama baru ini mendapat
tantangan dari lingkungannya, Muhammad kemudian pindah (hijrah) ke Madinah pada
tahun 622. Dari sinilah Islam berkembang ke seluruh dunia.
Indonesia adalah
Negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Islam di Indonesia merupakan
mayoritas terbesar ummat Muslim di dunia. Ada sekitar 85,2% atau 199.959.285
jiwa dari total 234.693.997 jiwa penduduk. Walau Islam menjadi mayoritas, namun
Indonesia bukanlah negara yang berasaskan Islam.[1]
Masyarakat muslim
di indonesia mempunyai karakter sendiri dalam segi peradaban Islam. Masyarakat Islam
Indonesia sering diidentikkan dengan masyarakat yang toleran, harmonis,
solidaritas sosialnya tingi. Selain itu Negara Indonesia mempunyai masyarakat
yang berbeda-beda agama, etnis, suku, dan bahasa.
Sebelum Islam
datang masyarakat di Indonesia sudah mempunyai agama seperti Hindu, Budha, dan
kepercayaan local lain. Di setiap daerah telah ada agama-agama atau kepercayaan
asli, seperti Sunda Wiwitan yang dipeluk oleh masyarakat Sunda di Kanekes,
Lebak, Banten; Sunda Wiwitan aliran Madrais, juga dikenal sebagai agama Cigugur
(dan ada beberapa penamaan lain) di Cigugur, Kuningan, Jawa Barat; agama Buhun
di Jawa Barat; Kejawen di Jawa Tengah dan Jawa Timur; agama Parmalim, agama
asli Batak; agama Kaharingan di Kalimantan; kepercayaan Tonaas Walian di Minahasa,
Sulawesi Utara; Tolottang di Sulawesi Selatan; Wetu Telu di Lombok; Naurus di
Pulau Seram di Provinsi Maluku, dll. Didalam Negara Republik Indonesia,
agama-agama asli Nusantara tersebut didegradasi sebagai ajaran animisme,
penyembah berhala/ batu atau hanya sebagai aliran kepercayaan.[2]
Akan tetapi Islam
yang datang sesudah agama dan kepercayaan tersebut bisa diterima oleh
masyarakat. Banyak masyarakat yang awal mula beragama Hindu, Budha berbalik
memeluk agama Islam yang datangnya kemudian. Bahkan Islam dapat tersebar luas
dengan lebih cepat. Ketidak tahuan
tentang pemahaman masuknya Islam ke Indonesia akan menjadikan seseorang
bertanya-tanya atau bahkan salah persepsi. Bermaksud mengkaji hal tersebut Penulis membuat makalah yang berjudul “Masa Masuknya Islam
ke Indonesia”.
2.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana penyebaran Islam di kawasan Timur Tengah?
2. Siapa penyebar agama Islam di Indonesia?
3. Bagaimana cara penyebaran Islam di Indonesia?
4. Mengapa Islam di Indonesia dapat tersebar luas dengan cepat?
3.
Tujuan
1.
Memahami proses masuk agama Islam ke
Indonesia.
2. Mengetahui penyebar Islam di Indonesia.
3. Memahami cara penyebaran Islam di Indonesia.
4. Memahami penyebaran Islam yang cepat di Indonesia.
B.
Pembahasan
1.
Peradaban dan Agama Masyarakat Indonesia
Sebelum Kedatangan Islam.
Sebelum Islam
masuk ke Indonesia, agama Hindu dan Budha telah berkembang luas di
nusantara ini, disamping banyak yang masih menganut animism dan dinamisme,
kedua agama itu kian lama kian pudar cahayanya dan akhirnya kedudukannya
sepenuhnya diganti oleh agama Islam yang kemudian menjadi anutan 85 hingga 95%
rakyat Indonesia.
Secara geografis, wialayah Indonesia termasuk ke dalam kawasan Asia
Tenggara. Masyarakat di wilayah ini telah memiliki peradaban yang tinggi
sebelum kedatangn Islam. Hal itu disebabkan karena wilayah Asia Tenggara
merupakan Negara-negara yang memiliki kesamaan budaya dan agama. Bangsa
Indonesia dalam sejarahnya telah mengenal tulisan yang diajarkan oleh para
penyebar agama Hindu dan Budha.pengaruh ini telah berlangsung cukup lama, mungkin
sejak abad ke-6 atau ke-7 M sampai abad ke-14 dan ke-15 M. pengaruh Hinduisme
dan Budhisme membawa perubahan besar, terutama dalam sistem pemerintahan.
Bukti dari pengaruh agama Hindu dan Budha
bagi masyarakat Indonesia dapat dilihat dari banyaknya bangunan-bangunan suci
untuk peribadatan, seperti candi-candi, ukiran, dan sebagainya. Semua bangunan
itu merupakan perpaduan antara seni bangunan zaman megalithicum, seperti punden
berundak-undak.ukiran dan relief yang terdapat di dalamnya menggambarkan kreatifitas
bangsa Indonesia[3]
2.
Teori Kedatangan Islam Di
Indonesia
Secara garis
besar ada dua pendapat mengenai awal
mula Islam mauk ke Indonesia: 1. Pendapat lama adalah abad ke 13 Masehi
dikemukakan oleh sarjana lama antara lain N. H krom dan Van Den Berg. Kemudian
ternyata mendapat sanggahan dan bantahan. 2. Pendapat baru adalah abad 7-8 M.
para pendapat baru dikemukakan oleh Haji Agus Salim, M Zaenal Arifin Abbas, Sayyid
Alwi, H. M Zainuddin, Hamka, Djuned Parinduri,
T. W. Arnold.[4]
Kennet W. Morgan
menjelaskan bahwa berita yang dapat dipercaya tentang Islam di Indonesia
mula-mula sekali adalah dalam berita Marcopolo. Dalam perjalanannya kembali ke
Venezia pada tahun 692 (1292 M), Marcopolo setelah bekerja pada Kubilai Khan di
Tiongkok, singgah di Perlak, sebuah kota dipantai utara Sumatra. Menurut
Marcopolo, penduduk perlak pada waktu itu diIslamkan oleh pedagang yang da
sebut kaum Saracen. Marcopolo menanti angin yang baik selama lima bulan. Di
situ ia beserta rombongannya harus menyelamatkan diri dari serangan orang orang
biadab di daerah itu dengan mendirikan benteng yang dibuatnya dari
pancang-pancang. Kota Samara menurut pemberian Marcopolo dan tempat yang tidak
jauh dari situ, yang dia sebut Basma yang kemudian dikenal dengan nama sanudera
dan Pasai, dua buah kota yang dipisahkan oleh sungai Pasai yang tidak jauh
letaknya di sebelah utara Perlak.[5]
Terdapat sumber-sumber dari dalam negri yang menerangkan berkembangnya
pengaruh Islam di Indonesia. Yakni Penemuan sebuah batu di Leran (Gresik). Batu
bersurat itu menggunakan huruf dan bahasa Arab, yang sebagian tulisannya telah
rusak. Batu itu memuat tentang meninggalnya seorang perempuan yang bernama
Fatimah Binti Maimun (1028). Kedua, Makam Sultan Malikul Saleh di Sumatera
Utara yang meninggal pada bulan Ramadhan tahun 676 H atau tahun 1297 M. Ketiga,
makam Syekh Maulana Malik Ibrahim di Gresik yang wafat tahun 1419 M.[6]
a. Teori Arab
Yaitu datangnya
Islam ke melayu secara langsung dari Arab, karena muslim wilayah Melayu
berpegang pada madzhab Syafi’I yang lahir di semenanjung tanah arab, teori ini
disokong oleh Sir John Crawford.[7]
b. Teori India
Pada tahun 173 H,sebuah kapal layar dengan pimpinan “Makhada Khalifah” dari teluk
Kambay Gujarat berlabuh di bandar Perlak dengan membawa kira-kira 100 orang
anggota dakwah yang terdiri atas orang Arab, Persia, Hindia. Gujarat melakukan
hubungan dagang langsung dengan malaka Teori ini lahir selepas tahun 1883 M.
Dibawa oleh C. Snouch Hurgronye. Pendukung teori ini, diantaranya adalah Dr.
Gonda, Van Ronkel, Marrison, R.A. Kern, dan C.A.O. Van Nieuwinhuize.[8]
c. Teori Cina
Islam datang ke wilayah Nusantara dari Cina.
Teori ini dikemukakan oleh Emanuel Godinho de Eradie, seorang sacientist
Spanyol. Berdasarkan berita Cina pada penguasa T’ang abad 9-10 orang-orang
Ta-Shih pada masa itu diduga masyarakat muslim telah ada baik di Kanfu,
(Kanton) maupun didaerah Sumatra sendiri.
Gambar 1.1
Jalur perdagangan Indonesia[9]
3.
Cara Islamisasi Di Indonesia
Kedatangan Islam dan penyebarannya di kepulauan Indonesia adalah dengan
cara damai melalui beberapa cara. Menurut Uka Tjandrasasmita ada enam cara.
Yaitu saluran dagang, perkawinan, ajaran tasawuf, pendidikan, kesenian, dan
politik. [10]
a. Saluran Perdagangan
Pada taraf permulaan, saluran Islamisasi adalah perdagangan. Kesibukan
lalu lintas perdagangan pada abad ke 7 hingga ke 16 M. membuat
pedagang-pedagang muslim (Arab, Persia, India)turut ambil bagian dalam
perdagangan dari negeri-negeri bagian barat, tenggara, dan Timur Benua Asia.
Saluran Islamisasi melalui perdagangan ini sangat menguntungkan karena para
raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan. Di beberpa tempat
penguasa-penguasa Jawa yang menjabat sebagai bupati-bupati majapahit yang
ditempatkan di pesisir utara jawa banyak yang masuk Islam, bukan hanya karena
faktor politik dalam negeri yang sedang goyah, tetapi terutama karena faktor
hubungan ekonomi dengan pedagang-pedagang muslim. Dalam perkembangan
selanjutnya, mereka kemudian mengambil alih perdagangan dan kekuasaan di
tempat-tempat tinggalnya.
b. Saluran Perkawinan
Dari sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki status sosial yang
lebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi, terutama
putri-putri bangsawan tertarik untuk menjadi istri saudagar-saudagar itu.
Sebelum kawin mereka diIslamkan terlebih dahulu. Setelah mereka mempunyai
keturunan-keturunan, lingkungan mereka makin luas. Akhirnya timbul kampung,
daerah-daerah, dan kerajaan-kerajaan muslim. Jalur perkawinan ini lebih
menguntungkan apabila terjadi antara saudagar muslim dengan anak bangsawan atau
anak raja dan anak adipati, karena raja, adipati atau bangsawan itu kemudian
turut mempercepat proses Islamisasi.[11]
c. Saluran Tasawuf
Pengajar-pengajar tasawuf atau para sufi, mengajarkan teosofi yang
bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat indonesia.
Mereka mahir dalam soal-soal magis dan mempunyai kekuatan-kekuatan
menyembuhkan. Diantara mereka ada juga yang mengawini putri-putri bangsawan
setempat.
d. Saluran Pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun
pondokyang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai dan ulama-ulama.
Dipesantren atau pondok itu, calon ulama, guru agama, dan kiai mendapat
pendidikan agama. Setelah keluar dari pesantren, mereka pulang ke kampung
masing-masing kemudian berdakwah ke tempat tertentu mengajarkan Islam
Gambar 1.2 Jalur
Pendidikan[12]
e. Saluran Kesenian
Saluran Islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah
pertunjukan wayang. Dikatakan sunan kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam
mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia
meminta para penonton untuk mengikutinya kalimat syahadat. Kesenian-kesenian
lain juga dijadikan alat Islamisasi, seperti sastra (Hikayat, babad, dan
sebagainya) seni bangunan, dan seni ukir.
f. Saluran Politik
Di Maluku dan Sulawesi selatan kebanyakan rakyat masuk Islam setelah
rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu
tersebarnya Islam di daerah ini. Di samping itu, baik Sumatera dan Jawa maupun di
indonesia bagian timur, demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam
memerangi kerajaan-kerajaan non Islam. Kemenangan kerajaan Islam secara politis
banyak menarik penduduk kerajaan bukan Islam itu masuk Islam.
4. Sejarah Awal Masuknya Islam Ke Indonesia
Perkembangan
pelayaran dan perdagangan yang bersifat internasional antara negara-negara di
Asia bagian barat dan timur mungkin disebbka oleh kegiatan kerajaan Islam di
bawah Bani Umayah dibagian barat maupun kerajaan cina dinasti T’ang di Asia
timur serta kerajaan Sriwijaya di Asia Tenggara.[13]
Upaya kerajaan
Sriwijaya dalam memperluas kekuasaannya ke semenanjung Malaka sampai Kedah
dapat dihubungkan dengan bukti-bukti prasasti775, berita-berita Cina dan Arab
abad ke 8 sampai ke 10M. hal ini erat hubungannya dengan usaha penguasaan selat
Malaka yang merupakan kunci bagi pelayaran dan perdagangan internasiona.
Pada tahun 173
H. sebuah kapal layar dengan pim\pimpinan “Makhada Khalifah” dari teluk Kambay
Gujarat berlabuh di bandar Perlak dengan membawa kira-kira 100 orang yang
terdiri dari orang-orang Arab, Persia, dan Hindia. Mereka menyamar sebagai awak
kapal dagang khalifah menyamar sebagai kaptennya, Makhada Khalifah adalah
seorang yang bijak dalam dakwahnya sehingga dalam waktu kurang dari setengah
abad, Meurah (raja) dan seluruh rakyat kemeurahan Perlak yang beragama Hindu
Budha dengan sukarela masuk agama Islam, selama proses Islaimisasi yang relatif
singkat, para anggota dakwah telah banyak yang menikah dengan wanita Perlak.
Diantaranya adalah seorang anggota dari Arab suku Quraisy menikah dengan putri
Istana kemeurahan Perlak yang melahirkan putra Indo-Arab pertama dengan nama
Sayid Abdul Aziz.[14]
Pada tanggal 1
Muharram 225 H. /840 M. kerajaan Islam Perlak diproklamasikan dengan raja
pertamanya adalah putra Indo-Arab tersebut dengan gelar Sultan Alaidin Maulana
Aziz Syah. Pada waktu yang sama, nama
ibukota kerajaan diubah dari Tiandor Perlak menjadi Bandar Khalifah, sebagai
kenangan indah pada Khalifah yang sangat berjasa dalam membudayakan Islam
kepada bangsa-bangsa Asia Tenggara yang dimulainya dari perlak. Dengan demikian
kerajaan Islam yang pertama pada awal abad ke 3 H. /900M berlokasi di Perlak.
Selanjutnya Islam
masuk ke Jawa diperkirakan pada abad ke 11 M. dengan ditemukannya makam Fatimah
Binti Maemun di lereng Gresik yang berangkat pada tahun 475H/ 1082 M. data
sejarah lainnya menyebutkan bahwa Islam masuk ke pulau Jawa pada abad ke 12/13
M. sulawesi abad ke 16 M penduduk atau penguasa kepulauan tersebut sudah masuk Islam
sebelum kolonial belanda menguasai Indonesia. Wan Husein Azmi mengemukakan
dalam makalahnya ada tiga teori tentang kedatngan Islam ke wilayah Melayu,
yaitu:
1.
Teori arab, yaitu
datangnya Islam ke ke wilayah melayu secara langsung dari arab.
2.
Teori India, yakni Islam
datang ke Nusantara dari India.
3.
Teori Cina, yakni Islam
datang ke nusantara dari Cina.
Meskipun
demikian dapat kita ketahui bahwa jalan yang dibawa para saudagar Arab, masuk
ke wilayah Nusantara adalah sama. Ada yang melaluai jalan laut dari Aden
menelusuri pantai India barat dan Selatan, atau jalan darat dari Khurasan
kemudian melalui hutan menyebrangi laut cina selatan masuk ke wilayah Nusantara
melalui pesisir pantai timur semenanjung tanah melayu. Oleh sebab dakwah Islamiyah
datang ke wilayah Nusantara melalui lautan India dan juga laut Cina Selatan
secara langsung dari negeri Arab dan oleh orang-orang Arab. Periodisasi
masuknya pendakwah Islam ke Indonesia menurut Muhammad Samsu dapat dibagi ke
dalam tiga gelombang yaitu:[15]
1.
Gelombang pertama,
yaitu diperkirakan pada akhir abad ke 1H/7M. rombongan ini berasal dari
Bashrah, kota pelabuhan di Irak, yaitu ketika kaum Syiah dikejar-kejar oleh
bani Umayah yang berkuasa saat itu merka adlah yang dipimpin oleh Makhada
Khalifah.
2.
Gelombang kedua, yaitu
pada abad ke 6 H/13 M. dibawah Sayyid Jamaluddin Al-Akbar Al-Husaini yang anak
cucunya, lebih dari 17 orang tiba di gresik, pulau Jawa. Pendakwah lainnya,
seperti Maulana Malik Ibrahim, Maulana Malik Ishak, Raden Rahmat atau sunan
Ampel dan sebagainya.
3.
Gelombang ketiga, yaitu
diperkirakan pada abad ke 9H/16M. yang dipimpin ulama Arab dan tarim,
Hadramaut. Mereka berjumlah lebih dari 45 orang dan datang berkelompok berkisar
2, 3, atau 5 orang. Mereka mengajar dan menetap di Aceh, Riau, Sadang,
Kalimantan Barat dan Selatan, Sulawesi Tengah dan Utara, Ternate, Bali, Sumba,
Timor dan lain-lain.
5. Kondisi Dan Situasi Politik dan Ekonomi kerajaan Di Indonesia
Islam telah
dirintis pada periode abad 1-5 H/ 7-8 M. Pada periode ini para pedagang dan
mubaligh Muslim membentuk komnitas-komunitas Islam. Mereka memperkenalkan Islam
yang mengajarkan toleransi dan persamaan derajat diantara sesama, sementara
ajaran Hindu-Jawa menekankan perbedaan derajat manusia. Karena itu, Islam
terbesar di kepulauan Indonesia terhitung Cepat, Meski dengan damai.[16]
Masuknya Islam ke daerah-daerah di Indonesia tidak dalam waktu yang bersamaan. Disamping
itu, keadaan politik dan sosial budaya.
Pada abad ke 7
sampai ke 10 M, kerajaan sriwijaya meluaskan kekuasaannya ke daerah semenanjung
Malaka sampai kedah hal itu erat hubungannya dengan usaha penguasaan selat
Malaka yang merupakan kunci bagi pelayaran dan perdagangan Internasional.
Datangnya orang-orang muslim ke daerah itu sama sekali belum memperlihatkan
dampak-dampak politik, karena mereka datan memang hanya untuk usaha pelayaran
dan perdagangan keterlibatan orang-orang Islam dalam bidang politik baru
terlihat pada abad 9 M, ketika mereka terlibat dalam pemberontakan
petani-petani Cina terhadap kekuasaan T’ang pada masa pemerintahan kaisar
Hi-Tsung (878-889 M) akibat pemberontakan itu pasukan muslimin banyak yang
dibunuh sebagian lainnya lari ke Kedah, wilayah yang masuk kekuasaan Sriwijaya,
bahkan ada yang ke palembang dan membuat perkampungan muslim di sisni. Kerajaan
Sriwijaya masa itu memang melindungi orang-orang muslim di wilayah kekuasannya.[17]
Kemajuan
politik dan ekonomi Sriwijaya berlangsung sampai abad ke 12 M. pada akhir abad
ke 12 M, kerajaan ini mulai memasuki masa kemundurannya. Untuk mempertahankan
posisi ekonominya, kerajaan Sriwijaya membuat peraturan cukai yang lebih berat
bagi kapal-kapal dagang yang singgah ke pelabuhan-pelabuhannya. Akan tetapi
usaha itu tidak mendatangkan keuntungan bagi kerajaan, bahkan justru sebaliknya
karena kapal-kapal dagang asing seringkali menyingkir. Kemunduran ekonomi ini
membawa dampak terhadap perkembangan politik.[18]
Kemunduran ekonomi dan politik Sriwijaya dipercepat oleh
usaha-usaha kerajaan Singasari yang sedang bangkit di Jawa. Kerajaan ini
melakukan ekspedisi pemalayu tahun 1275 M dan berhsil mengalahkan kerajaan
Melayu di Sumatra. Keadaan itu mendorong daerah-daerah di selat Malaka yang
dikuasai kerajaan Sriwijaya melepaskan diri dari kekuasaan kerajaan tersebut. Kelemahan
Sriwijaya dimanfaatkan pula oleh pedagang-pedagang muslim untuk mendapatkan
keuntungan-keuntungan politik dan perdagangan. Mereka mendukung daerah-daerah
yang muncul dan daerah yang menyatakan diri sebagai kerajaan bercorak Islam,
yaitu kerajaan Samdra pasai di pesisir timur laut Aceh. Daerah ini sudah
disinggahi pedagang-pedagang muslim sejak abad ke 7 dan ke 8 M. proses Islamisai
tentu berjalan disana sejak abad tersebut. Kerajaan samudera pasai dengan
segera berkembang baik dalam bidang politik maupun perdagangan.[19]
Karena
kekacauan-kekacauan dalam negeri sendiri akibat perebutan kekuasaan di istana,
kerajaan Singasari, juga selanjutnya Majapahit, tidak mampu mengontrol daerah
melayu dan selat Malaka dengan baik sehingga kerajaan samudera pasai dan malaka
dapat berkembang dan mencapaipuncak kekuasaannya hingga abad ke 16M. dikerajaan
Majapahit , ketika Hayam wuruk dengan patih Gajah Mada masih berkuasa, situasi
politik kerajaan memang tenang, sehingga banyak daerah di kepulauan Nusantara
mengakui berada dibawah perlindungannya. Tetapi sejak Gajah Mada meninggal
dunia (1364M) dan disusul Hayam Wuruk(1389M) situasi majapahit kembali
mengalami kegoncangan. Perebutan kekuasaan antara Wikramawhardana dan Bhre
Wirabumi berlangsung lebih dari sepuluh tahun. Setelah Bhe Wirabumi meninggal,
perbutan kekuasaan di kalangan istana kembali muncul dan berlarut-larut. Pada
tahun 1468M majapahit diserang Girindrawardhana dari kediri. Sejak itu,
kebesaran Majapahit dapat dikatakan sudah habis. Kelemahan-kelemahan yang
semakin memuncak akhirnya menyebabkan keruntuhan.[20]
6. Agama Dan Kekuatan Politik Pada Masa Pra Penjajah
Sebelum Islam
datang, di Indonesia telah berkuasa kerajaan-kerajaan Hindu dan budha.
Diantaranya, ada kerajaan Sriwijaya di sekitar Palembang, Sumatra Selatan Dan
Singasari, Serta Majapahit. Pada abad ke 7, Islam belum menyebar luas secara
merata ke seluruh penjuru Nusantara, karena pengaruh agama Budha masih memegang
peranan di Kerajaan Sriwijaya, terutama dalam kehidupan sosial, polotik,
perekonomian, dan kebudayaan. Pada awal abad ke 13 M. kerajaan ini memasuki
masa kemunduran.[21]
Dalam kondisi seperti ini, pedagang-pedagang muslim memanfaatkan politiknya
dengan mendukung daerah-daerah yang muncul dan menyatakan diri sebagai kerajaan
yang bercorak Islam. Mereka tidak hanya membangun perkampungan pedagang yang
bersifat ekonomis, tetapi juga membentuk struktur pemerintahan yang
dikehendaki. Misalnya kerajaan samudera pasai abad ke 13 M. muncul karena
dukungan komunitas muslim, juga tidak terlepas dari melemahnya kondisi politik
kerajaan sriwijaya yang kurang mampu mengendalikan dan menguasai daerahnya.
Sementara itu
kerajaan Majapahit setelah patih Gajah Mada meninggal dunia (1364 M) dan Hayam
Wuruk (1389 M), situasi politik majapahit goncang dan terjadi perbutan
kekuasaan dikalangan keluarga istana. Bersamaan dengan melemahnya majapahit, Islam
di jawa mendapatkan posisi yang menguntungkan sehingga dibawah bimbingan
spiritual sunankudus, Demak akhirnya berhasil menggantikan Majapahit sebagai
keraton pusat.
Uraian di atas
menunjukkan bahwa cikal-bakal kekuasaan Islam sudah dirintis sejak abad ke 7 M.
tetapi semuanya tenggelam dalam hegemoni maritim Sriwijaya yang berpusat di
Palembang dan kerajaan Hindu jawa, seperti kerajaan Medang, Kediri, Singasari,
dan Majapahit di Jawa Timur, kemudian Islam menempati struktur pemerintahan
ketika komunitas muslim sudah kuat yang bersamaan suramnya kondisi politik
menempati struktur pemerintahan ketika komunitas muslim sudah kuat yang
bersamaan suramnya kondisi politik kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha.[22]
Islam sebagai
agama yang memberikan corak kultur bangsa Indonesia dan sebagai kekuatan
politik yang menguasai struktur pemerintahan sebelum datangnya belanda dapat
dilihat dari munculnya kerajaan-kerajaan Islam
di Nusantara antara lain Sumatra, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi.
a.
Islam di Sumatra
Ada tiga
kerajaan Islam di sumatra yang terkenal yang telah memposisikan Islam sebagai
agama dan sebagai kekuatan politik yang mewarnai corak sosial budayanya, yaitu
Perlak, Pasai, Aceh.[23]
Perlak
merupakan kerajaan Islam pertama di Sumatra Utara yang berkuasa pada tahun
225-692 H/840-1292 M. dengaan raja pertamanya Sultan Alaidin Syed Maulana Abdul
Aziz Syah (225-249 H/ 840-864 M).[24]Pada mulanya, Islam
berkembang di Perlak dipengaruhi oleh aliran Syiah yang bertebaran dari parsi
ketika terjadi revolusi Syi’ah pada tahun 744-747 M. dengan pemimpinnya
Abdullah ibnu Muawiyah. Kemudian, pada masa pemerintahan Sultan Alaidin Syed
Maulana Abbas Shah(285-300 M). mulai masuk paham Islam ahlu Sunnah wal jama’ah
yang tidak disukai oleh syiah, oleh karena itu terjadilah konflik perang
saudara antara dua golongan tersebut.
Namun akhirnya, namun akhirnya dicapai perdamaian dan pembagian kerajaan Perlak
pada dua bagian yaitu perlak pesisir, bagian golongan syiah, dengan sultan dari
golongan mereka yaitu sultan alauddin syed maulana shah(365-377 H/ 976-988 M)
perlak pedalaman, bagi Ahlu Sunnah wal jamaah dengan sultan mereka, sultan
alaiddin Malik Ibrahim (365-402 H/ 986-1012M). namun akhirnya Perlak dapat
disatukan kembali oleh sultan ini.
Sistem
pemerintahan yang diterapkan oleh kerajaan Islam perlak pada dasarnya mengikuti sistem pemerintahan yang
dilaksanakan oleh daulah Abbasiyah(750-1258 M). yaitu kepala pemerintahan/
kepala badan eksekutif dipegang oleh sultan dengan dibantu oleh beberapa wazir,
yaitu wazir as-siyasah (bidang politik), wazir al-Harb ( bidang keamanan/
pertahanan), wazir al-Maktabah (bidang administrasi negara), wazir al-iqtishad
(bidang ekonomi/keuangan), wazir al-hukkam (bidang kehakiman).[25]
Selain itu sebagai penasihat pemerintah yang bertugas mendampingi sultan dan
para wazirnya dibentuk sebuah lembaga yang disebut majelis fatwa di bawah
pimpinan seorang ulama yang berpangkat mufti.
Gambar 1.3 Peta
Kerajaan Aceh[26]
Kerajaan
samudra pasai berlangsung sampai tahun 1524 M. pada tahun 1521, kerajaan ini
ditaklukkan oleh portugis yang menduduki selama tiga tahun. Kemudian pada tahun
1524 M. dianeksasi oleh raja Aceh, Ali Mughayatsyah. Selanjutnya kerajaan
samudra pasai berada dibawah pengaruh kesultanan Aceh yang berpusat di bandar
Aceh Darussalam. Sultan Ali Mughayatsyah (1514-1530) telah banyak berjasa dalam
berbagai aspek keIslaman.[27]
Dalam bidang
politik, sultan berupaya menghadang penjajah portugis dengan memprakarsai
negara Islam bersatu, yaitu menyatukan tenaga politik Islam bersatu, yaitu
negara yang kuat dan berdaulat yang diberi nama “Aceh Besar”(1514). Aceh
mengalami kemajuan ketika saudagar-saudagar Muslim yang sebelumnya dagang di
Malaka kemudian memindahkan perdagangannya ke Aceh, ketika Portugis menguasai
Malaka tahun 1511,[28] maka daerah
pengaruhnya yang terdapat di Sumatera mulai melepaskan diri dari Malaka. Hal
ini sangat menguntungkan kerajaan Aceh yang mulai berkembang. Di bawah
kekuasaan Ibrahim, kerajaaan Aceh mulai melebarkan kekuasaannya ke
daerah-daerah sekitarnya. Operasi-operasi militer diadakan tidak saja dengan
tujuan agama dan politik, akan tetapi juga
dengan tujuan ekonomi.[29]
Dalam bidang
pemerintahan, baginda raja telah meletakkan Islam sebagai asa keanegaraan,
bahkan beliau melarang orang-orang bukan Islam untuk memangku jabatan
keanekaragaman atau meneruskan jabatannya. Dalam bidang dkwah, dibangun pusat Islam
yang megah, dihimpun para ulama dari juru dakwah, menyururh jihad memerangi
penyembahn berhala dan syirik.
Gambar 1.4 Peninggalan Kerajaan Samudra Pasai.[30]
b.
Islam Di Jawa
Penyebar Islam
di Jawa adalah para wali songo. Mereka tidak hanya berkuasa dalam lapangan
keagamaan, tetapi juga dalam hal pemerintahan dan politik. Islam telah tersebar
di pulau Jawa, paling tidak sejak Malik Ibrahim dan Mulana Ishak yang bergelar
Syaikh Awal Al-Islam diutus sebagai juru dakwah oleh raja Samudera, Sultan
Zainal Abidin Bahiyah Syah (1349-1406) ke gresik.
Dalam
percaturan politik, Islam mulai memosisikan diri ketka melemahnya kekuasaan
majapahit yang memberi peluang kepada penguasa Islam di pesisir untuk membangun
pusat-pusat kekuasaan yang independen. Dibawah pimpinan Sunan Ampel, walisongo
bersepakat untuk mengangkat Raden Patah sebagai raja pertama kerajaan Demak,
kerajaan Islam pertama di Jawa.[31]
Gambar 1.6 Masjid Demak.[32]
Kerajaan Demak
berlangsung kira-kira abad ke 15 dan abad ke 16. Sebelum berkuasa penuh atas
Demak, Demak masih menjadi daerah Majapahit. Baru Raden Patah berkuasa penuh
setelah mengadakan pemberontakan yang dibantu oleh para ulama atas Majapahit.
Dapat dikatakan bahwa pada abad 16, Demak telah menguasai seluruh Jawa. Setelah
Raden Patah berkuasa kira-kira diakhir abad ke-15 hingga abad ke-16, ia
digantikan oleh anaknya yang bernama Pati Unus. Dan kemudian digantikan oleh
Trenggono yang dilantik oleh Sunan Gunung Jati dengan gelar Sultan Ahmad Abdul
Arifin. Ia memerintah pada tahun 1524-1546 dan berhasil menguasai beberapa
daerah.[33]
Mataram, Cirebon dan Banten. Dalam mendirikan negara Islam tersebut, peranan
Wali Songo sangat besar. Misalnya Sunan Gunung Jati mendirikan Kerajaan Islam
Cirebon dan Banten, merupakan kerajaan Islam yang mulai berkembang pada abad
ke-16, setelah pedagang-pedagang India, Arab, persia, mulai menghindarai Malaka
yang sejak tahun 1511 telah dikuasai Portugis. Dilihat dari geografinya,
Banten, pelabuhan yang penting dan ekonominya mempunyai letak yang strategis
dalam penguasa Selat Sunda, yang menjadi urat nadi dalam pelayaran dan
perdagangan melalui lautan Indoneia di bagian selatan dan barat Sumatera. Kepentingannya
sangat dirasakan terutama waktu selat Malaka di bawah pengawasan politik
Portugis di Malaka.[34] Sunan giri di
kerajaan Mataram yang pengaruhnya sampai ke Makasar, Ambon dan Ternate. Di
samping kekuatan politik Islam yang memberi Kontribusi besar terhadap
perkembangannya, Islam juga hidup di Masyarakat dapat memberi dorongan kepada
penguasa non-muslim untuk memeluknya.
Gambar 1.7 Kerajaan Banten.[35]
c.
Islam Di Kalimantan,
Maluku, Sulawesi.
Islam di
Kalimantan Selatan yaitu dikerajaan Daha (Banjar) yang beragama Hindu berkat
bantuan sultan Demak, Trenggono (1521-1546), raja Daha dan rakyatnya masuk Islam
sehingga berdirilah kerajaan Islam Banjar, dengan raja pertamanya pangeran
Samudera yang diberi gelar Pangeran
Suryanullah atau Suriansah. Setelah raja pertama naik tahta, daerah-daerah
sekitarnya mengakui kekuasaannya, yakni daerah sambas, Batangla, Sukaciana, dan
Sambangan. Selanjutnya, di Kalimantan Timur (Kutai) pada tahun 1575, yaitu
Tunggang Parangan mengIslamkan raja mahkota. Sejak baginda raja masuk Islam,
terjadilah proses Islamisasi dilakukan terutama oleh putranya, dan
pengganti-penggantinya meneruskan perang ke daerah-daerah.[36]
Pada abad ke 10
dan ke 11, di Maluku sudah ramai perniagaan rempah-rempah, terutama cengkeh dan
pala yang dilakukan oleh para pedagang Arab dan persia. Kerajaan Maluku terletak dibagian daerah
Indonesia bagian Timur. Kedatangan Islam keindonesia bagian Timur yaitu ke
Maluku, tidak dapat dipisahkan dari jalan perdagangan yang terbentang antara
pusat lalu lintas pelayaran Internasional di Malaka, Jawa dan Maluku.
Diceritakan bahwa pada abad ke-14 Raja ternate yang keduabelas, Molomateya,
(1350-1357) bersahabat baik dengan orang Arab yang memberikan petunjuk
bagaimana pembuatan kapal-kapal, tetapi agaknya bukan dalam kepercayaan.
Manurut tradisi setempat, sejak abad ke-14 Islam sudah datng di daerah Maluku.
PengIslaman di daerah Maluku, di bawa oleh maulana Husayn. Hal ini terjadi pada
masa pemerintahan Marhum di Ternate.Maulana Husayn pada mulanya hanya
menunjukan kemahiran dalam menulis huruf Arab yang ada dalam al-Qur’an,
sehingga menarik hati Marhum dan orang-orang Maluku. Tetapi mereka bukan hanya
diajarkan tulisan Arab yang indah saja, melainkan agar diajarkan tentang agama Islam.[37]
Tentunya, pada saat itu telah terjadi sentuhan pedagang muslim dengan rakyat
maluku yang membentuk komunitas Islam. Dengan derasnya gelombang pedagang
muslim dan atsa ajakan Datuk maulana Husain, di ternate raja Gafi bata menerima
Islam dan namanya berganti menjadi sultan Sultan Zaenal Abidin (1465-1486). Di
Tidore, datang seorang pendakwah dari tanah Arab yang bernama Syekh Mansur dan
atas ajakannya, raja Tidore yang bernama kolana masuk Islam dan berganti nama
menjadi Sultan Jamaluddin. Di Ambon, Islam datang dari Jawa Timur (Gresik) yang
berpusat di kota pelabuhan Hitu pada tahun 1500 M. di saat Islamisasi berlangsung,
portugis melakukan Kristenisasi di Ternate pada tahun 1522 M namun usahanya
tidak banyak berhasil, pada masa Sultan Baabullah (1570-1583), benteng
pertahanan portugis di Ambon ditaklukkan.
Gambar 1.8 Kerajaan Ternate Dan Tidore.[38]
Di sulawesi,
Raja Gowa-Tallo, Kerajaan yang bercorak Islam di Semenanjung Selatan Sulawesi
adalah Goa-Tallo, kerajaan ini menerima Islam pada tahun 1605 M. Rajanya yang
terkenal dengan nama Tumaparisi-Kallona yang berkuasa pada akhir abad ke-15 dan
permulaan abad ke-16. Ia adalah memerintah kerajaan dengan peraturan memungut
cukai dan juga mengangkat kepala-kepala daerah. Penguasa Ternate mengajak
penguasa Goa-tallo untuk masuk agama Islam, namun gagal. Islam baru berhasil
masuk di Goa-Tallo pada waktu datuk ri Bandang datang ke kerajaan Goa-Tallo.
Sultan Alauddin adalah raja pertama yang memeluk agama Islam tahun 1605 M.[39]
I Manggarangi Daeng Maurobia, atas ajakan Datuk Rianang masuk Islam pada tahun
1605 dengan gelar sultan Alauddin di Talo Raja I Malingkoan Daeng Nyonri kareng
Katangka pada tahun yang sama masuk Islam dengan gelar Sultan Abdullah awal Islam.
Setelah itu, Islam tersebar ke Luwu. Waio (1610) soppeng dan Bone (1611). Kerajaan Goa-Tallo mengadakan ekspansi ke
Bone tahun 1611, namun ekspansi itu menimbulkan permusuhan antara Goa dan
Bone. Ada dua kemungkinan mengapa
Kerajaan Goa-Tallo mengadakan ekspansi diantaranya:1) kemungkinan diakibatkan
oleh dorongan agama Islam yang baru masuk. 2) kemungkinan karena kekayaan yang
diperoleh dari perdagangan yang ramai di pelabuhannya yang merupakan pelabuhan
transit.[40]
Berkenaan
dengan proses pembentukan negara atau kerajaan Islam tersebut di atas, menurut
Taufik Abdullah, setidak-tidaknya ada tiga pada pembentukan budaya yang tampak
dari proses tersebut, yaitu:
1.
Pola Samudra Pasai:
lahirnya Samudra Pasai berlangsung melalui perubahan dari negara yang segmenter
ke negara yang terpusat. Kerajaan ini bukan hanya berhadapan dengan dengan
golongan-golongan yang belum ditundukkan dan diIslamkan dari wilayah pedalaman,
tetapi juga harus menyelesaikan pertentangan politik serta pertentangan
keluarga yang berkepanjangan. Dalam proses perkembangannya menjadi negara
terpusat Samudra Pasai juga menjadi pusat pengajaran agama. Reputasinya sebagai
pusat agama terus berlanjut walaupun kemudian kedudukan ekonomi dan politiknya
menyusut. Dengan pola ini, samudra pasai memiliki “kebebasan budaya” untuk
memformulasikan struktur dan sistem kekuasaan yang mencerminkan tentang
dirinya.
2.
Pola Sulawesi Selatan:
pola Islamisasi melalui keraton atau pusat kekuasaan. Proses Islamisasi
berlangsung dalam suatu struktur negara yang telah memiliki basis legitimasi
geneologis. Konversi agama menunjukkan kemampuan raja. Penguasa terhindar dari
penghinaan rakyatnya dalam masalah kenegaraan. Pola ini digunakan di sulawesi
selatan, maluku, dan banjarmasin. Islamisasi di daerah ini tidak memberi
landasan bagi pembentukan negara. Islam tidak mengubah desa menjadi suatu
bentuk baru dari organisasi kekuasaan. Konversi agama dijalankan, tetapi pusat
kekuasaan telah ada lebih dahulu.[41]
3.
Pola Jawa: di Jawa, Islam
mendapatkan suatu sistem politik dan struktur kekuasaan yang telah lama mapan.
Ketika kekuasaan rajamelemah, para sudagar kaya diberbagai kadipaten di wilayah
pesisir mendapat peluang besar untuk menjauhkan diri dari kekuasaan raja. Merka
tidak hanya masuk Islam, tetapi juga memasuki pusat-pusat politik yang
independen. Setelah keraton besar goyah, keraton-keraton kecil bersaing
menggantikan kedudukannya. Ketika abad ke 14 komunitas muslim sudah besar, bersamaan
dengan melemahnya majapahit, Demak tampil menggantikan kedengan posisi baru
ini, Demak tidak saja pemegang hegemoni politik, tetapi juga menjadi “jembatan
penyebrangan” Islam yang penting di jawa.
Di jawa Islam tampil sebagai penantang, untuk kemudian mengambil alih
kekuasaan yang ada jadi yang tampil adalah suatu dilema kultural dari orang
baru di dalam bangunan politik yang lama. [42]
7.
Pengaruh Islam Dalam
Berbagai Aspek Kehidupan
Demografinya Sebagian besar
ummat Islam di Indonesia berada di wilayah Indonesia bagian Barat, seperti di
pulau Sumatera, Jawa, Madura dan Kalimantan. Sedangkan untuk wilayah Timur,
penduduk Muslim banyak yang menetap di wilayah Sulawesi, Nusa Tenggara Barat,
dan Maluku Utara dan enklave tertentu di Indonesia Timur seperti Kabupaten
Alor, Fakfak, Haruku, Banda, Tual dan lain-lain.
a.
Arsitektur
Islam sangat banyak berpengaruh terhadap
arsitektur bangunan di Indonesia. Rumah Betawi salah satunya, adalah bentuk arsitektur
bangunan yang banyak dipengaruhi oleh corak Islam. Pada salah satu forum tanya
jawab di situs Era Muslim, disebutkan bahwa Rumah Betawi yang memiliki teras
lebar, dan ada bale-bale untuk tempat berkumpul, adalah salah satu ciri
arsitektur peradaban Islam di Indonesia. Masjid adalah tempat ibadah Muslim
yang dapat dijumpai diberbagai tempat diIndonesia. Menurut data Lembaga Ta'mir
Masjid Indonesia, saat ini terdapat 125 ribu masjid yang dikelola oleh lembaga
tersebut, sedangkan jumlah secara keseluruhan berdasarkan data Departemen Agama
tahun 2004, jumlah masjid di Indonesia sebanyak 643.834 buah, jumlah ini
meningkat dari data tahun 1977 yang sebanyak 392.044 buah. Diperkirakan, jumlah
masjid dan mushala di Indonesia saat ini antara 600-800 ribu buah.
b.
Corak Pendidikan Islam
Pada umumnya, Islam di
Nusantara berkembang melalui pendekatan-pendekatan budaya oleh seorang ulama.
Ketika itu, aset-aset setempat diubah menjadi prasarana untuk penyebaran ajaran
agama, sehingga membawa kesan yang positif terhadap masyarakat. Ini berbeda
dengan pendekatan radikal yang sering membawa imej tegas dan keras. Berdasarkan
isu pendekatan tradisi dan budaya yang dilakukan oleh ulama ini, Taufik
Abdullah menyimpulkan terdapat tiga corak penyebaran Islam di Nusantara, yaitu
corak Pasai, corak Melaka dan corak Jawa.
Corak Malaka, pada umumnya
dipengaruhi perdagangan, yaitu pendekatan terhadap situasi perdagangan.
Sedangkan corak Jawa lebih kentara dilakukan melalui penaklukan pusat kekuasaan
setempat. Berdasarkan tiga corak penyebaran ini, Taufik Abdullah menemui dua
bentuk penerimaan Islam dalam masyarakat. Dalam corak Pasai dan corak Melaka,
formasi sosial Islam dalam masyarakat lebih menyatu. Selanjutnya, Nizami (1957)
dan Rizvi (1983) mengulas tentang fasa pertama, yaitu fasa kangah yang menjadi
bagian yang tidak dapat dipisahkan di daerah-daerah baru Islam. Aktivitas yang
berlaku dalam kangah memainkan peranan penting dalam mengintegrasikan
masyarakat bukan Islam ke dalam komunitas Islam, karana pada fasa kangah ini,
guru (ulama) memainkan peranan dalam berbagai bidang seperti pendidikan,
budaya, politik dan ekonomi, yang sangat penting dalam membentuk kepercayaan
keagamaan masyarakat.
Penyebaran Islam pada fasa
kedua yaitu fasa tariqah merupakan fasa perkembangan aliran-aliran mistik dan
sistimisasi terhadap pengajaran mistik. Sedangkan fasa ketiga telah menyemai
munculnya apa yang disebut paradigma kiyai-santri, yang mana lahirlah para
santri dan murid-murid yang patuh kepada kyai sebagai guru mereka.[43]
Pesantren adalah salah satu sistem pendidikan
Islam yang ada di Indonesia dengan ciri yang khas dan unik, juga dianggap
sebagai sistem pendididikan paling tua di Indonesia. Selain itu, dalam
pendidikan Islam di Indonesia juga dikenal adanya Madrasah Ibtidaiyah (dasar),
Madrasah Tsanawiyah (lanjutan), dan Madrasah Aliyah (menengah) dan
perguruan tinggi.[44]
c.
Organisasi dan Politik
Terdapat beberapa organisasi Islam di Indonesia,
diantaranya adalah Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Jamiat Khair, sebuah
organisasi Islam tempat para ulama dan aktivis bergabung, tempat bermulanya
Ahmad Soorkati mengawali karier dakwahnya di Indonesia. Ia diundang secara
khusus oleh gerakan ini untuk menjadi pengajar pada berbagai badan pendidikan
yang dirintisnya pada tahun 1912. Ia datang dari Sudan, membawa dan mengusung
pola pikir rasional dalam berbagai kuliahnya. NU merupakan organisasi Islam terbesar
di Indonesia dengan anggota sekitar 35 juta. NU seringkali dikategorikan
sebagai Islam traditional, salah satunya karena sistem pendidikan pesantrennya. Muhammadiyah merupakan organisasi Islam terbesar
kedua, dengan anggotanya yang sekitar 30 juta. Muhammadiyah memiliki ribuan
sekolah, universitas, dan lembaga pendidikan tinggi serta ratusan rumah sakit
di seluruh Indonesia.
d.
Analisis
Proses penyebaran Islam sejalan dengan rute
perdagangan internasional terutama jalur perdagangan benua Asia. Strategi
penyebaran menggunakan pola satu titik kemudian menyebar. Dari satu kerajaan ke
karajaan-kerajaan lain. Dari Raja ke rakyat. Dari kekuasaan tertinggi ke sub-sub bagiannya. Masuknya Islam ke Indonesia
mula-mula berada di Malaka yaitu Syiah dan ahlu sunnah wal jama’ah kemudian berlanjut Sriwijaya. Beberapa tahun
kemudian dari raja Samudera mengutus ulama berdakwah ke Jawa yaitu majapahit.
Dari kerajaan majapahit kemudian beberapa ulama menyebar dan mendirikan
kerajaan Islam ke Jawa Tengah dan Jawa Barat. yaitu Demak, Banten, kerajaan
Mataram. Dari jawa menyebar beberapa santri ke berbagai daerah diantaranya ke
Kalimantan yaitu mengislamkan kerajaan Banjar sampai Kalimantan Timur dan ke
Sulawesi, yang kemudian mengislamkan kerajaan Makasar, Ternate dan Tidore.
e.
Kesimpulan
Masuknya agama Islam ke Indonesia tanpa peperangan
karena Islamisasi dilakukan melalui dakwah yang bijaksana dengan memperhatikan
karakter masyarakat setempat melalui perdagangan, perkawinan, ajaran
tasawuf, pendidikan, kesenian, dan politik. Penyebar Islam yaitu para pedagang,
Ulama, dan santri. Cara dakwah dimulai dari keluarga, lanjut kepada istana
kerajaan yang kemudian diikuti oleh masyarakat sekitar. Juga melalui
cerita-cerita pewayangan. Islam dapat menyebar cepat karena sistem dakwah disebar
di berbagai daerah Nusantara dengan perwakilan beberapa ulama maupun santrinya.
DAFTAR PUSTAKA
Murodi,. 1994, Sejarah
Kebudayaan Islam, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1994)
Anas
Machmud. 1989, Turun Naiknya Peranan Kerajaan Aceh Darussalam di Pesisir
Timur Sumatra, dalam A. Hasymy, (Ed.), Sejarah Masuk dan Berkembangnya
Islam di Indonesia, (Jakarta: Almaarif )
Uka Tjandrasasmita, Ed. 1984, Sejarah Nasional Indonesia III, (Jakarta: PN Balai
Pustaka)
Endang
Saifuddin Anshari. 2004, Wawasan Islam Pokok-Pokok Tentang Paradigm Dan
System Islam, (Jakarta: Gema Insani)
P.A.
Djajadiningrat, dkk. Dalam Dedi Supriyadi. 2008, Sejarah Peradaban Islam,
(Bandung: Pustaka Setia)
Badri
Yatim. 2007, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Press,
2007)
http://www.eramuslim.com/berita/laporan-khusus/sahabat-muawiyah-pun-pernah-berdakwah-ke-indonesia-awal-mula-islam-masuk-ke-nusantara-3.htm#.UowvwtKnpQE
Diunduh
[10.19] 20-11-2013.
[2]
http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_asli_Nusantara
diunduh [06.07] 20-11-2013.
[3].
Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam, (Semarang: PT. Karya Toha Putra,
1994), hlm.122-124.
[4]
Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam Pokok-Pokok Tentang Paradigm Dan System
Islam, (Jakarta: Gema Insani, 2004), hlm. 195.
[5]
P.A. Djajadiningrat, dkk. Dalam Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam,
(Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 187.
[7] Ibid., hlm.191.
[8]
Dedi Supriyadi, op. cit. hlm.191.
[9]
http://maldini-ardy.blogspot.com/2012/10/kerajaan-dan-peninggalan-islam-di.html.
Diunduh [10.19] 20-11-2013.
[10]
Badri Yatim, op.cit. hlm.201.
[11]
Ibid. hlm. 202.
[12].http://www.eramuslim.com/berita/laporan-khusus/sahabat-muawiyah-pun-pernah-berdakwah-ke-indonesia-awal-mula-islam-masuk-ke-nusantara-3.htm#.UowvwtKnpQE
Diunduh
[10.19] 20-11-2013.
[13]
Dedi Supriyadi, op.cit. hlm. 190.
[14]
Ibid..
[15]
Ibid., hlm 192.
[16]
Badri Yatim, op.cit., hlm. 194.
[17]
Ibid..
[18]
Ibid., hlm. 195.
[19]
Ibid..
[20]
Ibid., hlm .196.
[21]
Dedi Supriyadi, op.cit. hlm 192-193.
[22]
Ibid..
[23]
Ibid..
[24]
Ibid., hlm.194.
[25]
Ibid..
[26]
http://maldini-ardy.blogspot.com/2012/10/kerajaan-dan-peninggalan-islam-di.html.
Diunduh [10.19] 20-11-2013.
[27]
Dedi Supriyadi, op.cit. hlm. 196.
[28]
Anas Machmud, Turun Naiknya Peranan Kerajaan Aceh Darussalam di Pesisir Timur
Sumatra, dalam A. Hasymy, (Ed.), Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di
Indonesia, (Jakarta: Almaarif, 1989), hlm. 420.
Pustaka, 1984) hlm 21
[30]
http://maldini-ardy.blogspot.com/2012/10/kerajaan-dan-peninggalan-islam-di.html.
Diunduh [10.19] 20-11-2013.
[31]
Dedi Supriyadi op.cit. hlm. 196.
[32]
http://maldini-ardy.blogspot.com/2012/10/kerajaan-dan-peninggalan-islam-di.html.
Diunduh [10.19] 20-11-2013.
[33]
Uka Tjandrasasmita (Ed.), op.cit.,
hlm. 25
[34]
Ibid., hlm. 9.
[35]
http://maldini-ardy.blogspot.com/2012/10/kerajaan-dan-peninggalan-islam-di.html.
Diunduh [10.19] 20-11-2013.
[36]
Dedi Supriyadi, op.cit., hlm.197.
[37]
Uka
Tjandrasasmita (Ed.), op.cit., hlm.
10.
[38]
http://maldini-ardy.blogspot.com/2012/10/kerajaan-dan-peninggalan-islam-di.html.
Diunduh [10.19] 20-11-2013.
[39]
Uka
Tjandrasasmita (Ed.), op.cit.,
hlm. 30.
[40]
Ibid., hlm.31
[41]
Dedi Supriyadi, op.cit. hlm.198.
[42]
Ibid..
[43].
http/blogspot.com/2012/12/pendidikan-islam-pada-masa-awal.html
0 komentar:
Posting Komentar