06.17
0

BAB VI :

DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR (DKB)


A.                                        Kedudukan Diagnostik Kesulitan Belajar dalam Belajar :
menemukan kesulitan belajar siswa dan menentukan kemungkinan cara mengatasinya dengan memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan belajar.

Faktor-Faktor Intern Yang Berpengaruh Pada Proses Belajar  :
1.      Sikap terhadap belajar
2.      Motivasi belajar
3.      Konsentrasi belajar
4.      Mengolah bahan belajar
5.      Menyimpan perolehan hasil belajar
6.      Menggali hasil belajar yang tersimpan
7.      Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil kerja
8.      Rasa percaya diri siswa
9.      Inteligensi dan keberhasilan belajar
10.     Kebiasaan belajar
11.     Cita-cita siswa.

Faktor-Faktor Ekstern Yang Berpengaruh Pada Aktivitas Belajar:  
1.      Guru sebagai pembina siswa belajar
2.      Prasarana dan sarana pembelajaran
3.      Kebijakan penilaian
4.      Lingkungan sosial siswa di sekolah
5.      Kurikulum sekolah.
                                                      (Dimyati dan Mudjiono, 1994 : 237 – 241)

Bila Siswa Tidak Memenuhi Kriteria Persyaratan Ketuntasan Materi Yang Ditetapkan  ] Kegiatan Diagnosis Ditujukan Kepada:
1.      Bakat
2.      Ketekunan dan tingkat usaha menguasai bahan yang dipelajarinya
3.      Waktu
4.      Kualitas pengajaran
5.      Kemampuan pemahaman  siswa
6.      Tingkat kesulitan
          
(Buku II Modul Diagnostik Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remedial,
Depdikbud Universitas Terbuka , 1984/1985 : 9)

B.       Pengertian Kesulitan Belajar

Prayitno (1995/1996:1-2) :
suatu kondisi dalam proses belajar mengajar yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar yang optimal.
Hambatan-hambatan tersebut mungkin dirasakan atau mungkin tidak dirasakan oleh siswa yang bersangkutan.
Jenis hambatan ini dapat bersifat psikologis, sosiologis dan fisiologis dalam keseluruhan proses belajar mengajar.
                       
Alan O. Ross (1974 : 98) :
A learning difficulty represente a discrepancy between a chill’s estimated academic potential and his actual level of academic performance”.

Istilah :
Learning disorder (kekacauan belajar) :
keadaan di mana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan.

Learning disabilities (ketidakmampuan belajar) :
gejala dimana anak tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar yang dicapai berada di bawah potensi intelektualnya.

Learning disfunction :
gejala dimana proses belajar tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya anak tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat indra, atau gangguan-gangguan psikologis lainnya.

Underachiever :
tingkat potensi intelektual yang tergolong diatas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.

Slow learner (lambat belajar) :
lambat dalam proses belajarnya, sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan sekelompok anak lain yang memiliki taraf intelektual yang sama.



Manifestasi Gejala Kesulitan Belajar :

1.    Hasil belajar di bawah rata-rata nilai kelompok / potensinya.
2.    Hasil tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan
3.    Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar
4.    Sikap-sikap yang kurang wajar
Misal : acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya.
5.    Menunjukkan tingkah laku yang berkelainan
Misal : membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan PR, mengganggu di dalam atau di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, mengasingkan diri, tersisihkan, tidak mau bekerja sama, dsb.

6.    Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar
Misal : pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu.


Kegagalan Belajar :

1.    Bila dalam batas waktu tertentu siswa tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan (mastery level), minimal dalam pelajaran tertentu seperti yang telah ditetapkan oleh orang dewasa atau guru (criterion referenced).

2.    Siswa tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya (berdasarkan ukuran tingkat kemampuannya, inteligensi, bakat), padahal ia diramalkan (predicted) akan dapat mengerjakannya atau mencapai prestasi tersebut.

3.    Siswa tidak dapat mewujudkan tugas-tugas perkembangan, termasuk penyesuaian sosial, sesuai dengan pola organismiknya (his organismic pattern) pada fase perkembangan tertentu seperti yang berlaku bagi kelompok sosial dan usia yang bersangkutan (norm referenced).

4.    Siswa tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan (mastery level) yang diperlukan sebagai prasyarat (prerequisiti) bagi kelanjutan (continuity) pada tingkat pelajaran berikutnya.

            Burton (1952 : 622 – 624)
 
C.                                        Prosedur dan Teknik Diagnostik Kesulitan Belajar (DKB)
        1                                                                             2                       Identifikasi     ------------------------------------------>         Identifikasi
                  Kasus                                                                               Masalah
 



                                                                                          
                                                                                         6   
        5                                                 4                                         3  
           Rekomendasi      <----------        Progosis         <---------     Identifikasi
                Referal                                                                         Faktor Penyebab
 


          
    
   6
   6                                                                           Pengulangan              Remedial     ----------------------------------------->         Pengayaan
                                                                                          Pengukuhan  
                                                                                      Percepatan
                                                    
           


LANGKAH-LANGKAH DKB

1. Identifikasi Kasus:
] menentukan siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar

Cara :
a.         Menandai siswa dengan membandingkan posisi atau kedudukan prestasi siswa dengan prestasi kelompok / kriteria tingkat keberhasilan yang telah ditetapkan.
b.        Teknik :
(1)      Meneliti nilai hasil ujian semester yang tercantum dalam laporan hasil belajar (buku leger) kemudian membandingkannya dengan nilai rata-rata kelompok / kriteria yang telah ditentukan.
(2)      Observasi 

2. Identifikasi Masalah :
] menentukan atau melokalisasikan pada bidang studi apa dan pada aspek mana siswa tersebut mengalami kesulitan

Pada tahap ini kerjasama antara petugas bimbingan dan konseling, wali kelas, guru bidang studi akan sangat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajarnya.

Cara dan alat yang dapat digunakan, antara lain:
a.        Cara langsung
                       1.     Tes diagnostik bidang studi
                       2.     Hasil ujian siswa sebagai bahan untuk dianalisis
                       3.     Memeriksa buku catatan atau pekerjaan siswa
b.        Bekerjasama dengan orang tua atau pihak lain dgn cara :
                     1.      Menggunakan tes diagnostik yang sudah standar
                     2.      Wawancara khusus oleh ahli yang berwewenang dalam bidang ini.
                     3.      Observasi
                     4.      Wawancara : guru pembimbing, wali kelas, orangtua teman


3.        Identifikasi Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
a. Faktor internal, yaitu faktor-faktor yang berasal dalam diri siswa itu sendiri. Hal ini antara lain, disebabkan oleh:
(1)     Kelemahan fisik, pancaindera, syaraf, cacat, sakit, dan sebagainya.
(2)     Kelemahan mental: faktor kecerdasan, seperti inteligensi dan bakat yang dapat diketahui dengan tes psikologis.
(3)     Gangguan-gangguan yang bersifat emosional.
(4)     Sikap kebiasaan yang salah dalam mempelajari materi pelajaran.
(5)     Belum memiliki pengetahuan dan kecakapan dasar yang dibutuhkan untuk memahami materi pelajaran lebih lanjut.
b. Faktor eksternal, yaitu  faktor yang berasal dari luar diri siswa, sebagai penyebab kesulitan belajar, antara lain:
(3)          Situasi  atau proses belajar mengajar yang tidak merangsang siswa untuk aktif antisipatif (kurang memungkinkan siswa untuk belajar secara aktif “student active learning”).
(4)          Sifat kurikulum yang kurang fleksibel.
(5)          Beban studi yang terlampau berat.
(6)          Metode mengajar yang kurang menarik
(7)          Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar
(8)          Situasi rumah yang kurang kondusif untuk belajar.

4.        Prognosis/Diagnosis
Pada langkah ini, dapat menyimpulkan tentang:
a.       Apakah siswa masih dapat ditolong untuk dapat mengatasi kesulitan belajarnya atau tidak ?
b.      Berapa waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan yang dialami siswa tersebut ?
c.       Kapan dan di mana pertolongan itu dapat diberikan ?
d.      Siapa yang dapat memberikan pertolongan ?
e.       Bagaimana caranya agar siswa dapat ditolong secara efektif ?
f.       Siapa sajakah yang perlu dilibatkan atau disertakan dalam membantu siswa tersebut, dan apakah peranan atau sumbangan yang dapat diberikan masing-masing pihak dalam menolong siswa tersebut ?

5.        Referal
Pada langkah ini, menyusun suatu rencana atau alternatif bantuan yang akan dilaksanakan. Rencana ini hendaknya mencakup:
a.       Cara-cara yang harus ditempuh untuk menyembuhkan kesulitan belajar yang dialami siswa yang bersangkutan.
b.      Menjaga agar kesulitan yang serupa jangan sampai terulang lagi.
Pengajaran Remedial
suatu proses kegiatan pelaksanaan program belajar mengajar khusus bersifat individual, diberikan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar, yang bersifat mengoreksi (menyembuhkan) siswa yang mengalami gangguan belajar tersebut sehingga dapat mengikuti proses belajar mengajar secara klasikal kembali untuk mencapai prestasi optimal.
           
Prosedur Pengajaran Remedial
            Dalam pelaksanaannya, pengajaran remedial mengikuti prosedur, sebagai berikut:
1.             Langkah pertama: Penelaahan Kembali Kasus
Guru menelaah kembali secara lebih dalam tentang siswa yang akan diberi bantuan. Dari DKB, guru menelaah lebih jauh untuk memperoleh gambaran definitif tentang siswa yang dihadapi, permasalahannya, kelemahannya, letak kelemahan, penyebab utama kelemahan, berat ringannya kelemahan, apakah perlu bantuan ahli lain, merencanakan waktu dan siapa yang melaksanakan.
2.             Langkah kedua: Alternatif Tindakan
Alternatif tindakan disesuaikan dengan karakteristik kesulitan siswa. Alternatif pilihan tindakan  bagi kasus yang mendapatkan kesulitan di dalam belajar, maka langsung saja melakukan remedial, dan jika ditemukan kasus yang memiliki kesulitan belajar dan memiliki masalah di luar itu, seperti masalah sosial psikologis dan sebagainya, maka sebelum diremedial kasus harus mendapatkan layanan konseling, layanan psikologis dan atau layanan psikoterapis terlebih dahulu. 
3.             Langkah ketiga: Evaluasi Pengajaran Remedial
Pada akhir pengajaran remedial perlu dilakukan evaluasi, seberapa pengajaran remedial tersebut meningkatkan prestasi belajar. Tujuannya untuk mencapai tingkat kebehasilan 75% menguasai bahan. Jika belum berhasil, kemudian dilakukan diagnosis kembali, prognosis dan pengajaran remedial berikutnya; demikian seterusnya sampai beberapa siklus hingga tercapai tingkat keberhasilan tersebut.
Alternatif tindakan (langkah 2)  dapat berupa:
1.                  Mengulang bahan yang telah diberikan dan diberi petunjuk-petunjuk:
(1)      Memahami istilah-istilah kunci/pokok yang ada dalam TIK.
(2)      Memberi tanda bagian-bagian penting yang merupakan kelemahan siswa.
(3)      Membuat pertanyaan-pertanyaan untuk mengarahkan siswa.
(4)      Memberi dorongan dan semangat belajar.
(5)      Menyediakan bahan-bahan lain untuk mempermudah.
(6)      Mendiskusikan kesulitan-kesulitan siswa.
2.                  Memberi kegiatan lain yang setara dengan kegiatan belajar mengajar yang sudah ditempuh. Disini dimaksudkan untuk memperkaya bahan yang telah diberikan kepada siswa, misalnya:
(1)     Kegiatan apa yang harus dikerjakan siswa.
(2)     Bahan apa yang dapat menunjang kegiatan yang sedang dilakukan.
(3)     Bagian mana yang harus mendapat penekanan.
(4)     Pertanyaan diajukan untuk memusatkan pada inti masalah.
(5)     Cara yang baik untuk menguasai bahan.
3.             Tindakan yang berupa referal
Jika kesulitan belajar disebabkan oleh faktor sosial, pribadi, psikologis yang di luar jangkauan guru, maka guru melakukan alih tangan kepada ahli lain, misalnya: konselor, psikolog, terapis, psikiater, sosiolog, dan sebagainya.

E.   Pendekatan dan Metode Pengajaran Remedial
Ada tiga pendekatan pengajaran remedial, yaitu:
1.        Pendekatan Pencegahan (preventive approach)
      Sebelum proses belajar mengajar dimulai guru seharusnya berusaha dengan berbagai cara untuk mengetahui kondisi awal para siswa, dan memprediksi beberapa siswa yang mungkin akan mengalami kesulitan. Dengan demikian, guru dapat mencegah kesulitan berkembang secara berlarut-larut dengan menggunakan multi media, multi metode, alat peraga yang lengkap dan gaya mengajar yang menarik dalam proses belajar mengajar.
2.        Pendekatan Penyembuhan (curative approach)
      Pendekatan ini diberikan terhadap siswa yang nyata-nyata telah mengalami kesulitan dalam mengikuti proses belajar mengajar. Gejalanya, prestasi belajar sangat rendah dibandingkan dengan kriteria, misalnya 75% penguasaan bahan.
3.        Pendekatan Perkembangan (developmental approach)
      Guru dituntut senantiasa mengikuti perkembangan siswa secara sistematis. Caranya, guru secara terus menerus memonitor kegiatan siswa selama proses belajar mengajar. Setiap menemui hambatan, segera dipecahkan bersama siswa secara terus menerus.



0 komentar:

Posting Komentar