06.57
0
Arti Pahlawan
"Pahlawan" adalah sebuah kata benda. Secara etimologi kata "pahlawan" berasal dari bahasa Sanskerta "phala", yang bermakna hasil atau buah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pahlawan berarti orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang yang gagah berani.
Pahlawan adalah seseorang yang berpahala yang perbuatannya berhasil bagi kepentingan orang banyak. Perbuatannya memiliki pengaruh terhadap tingkah laku orang lain, karena dinilai mulia dan bermanfaat bagi kepentingan masyarakat bangsa atau umat manusia.
Artikel Terkait
Dalam bahasa Inggris pahlawan disebut "hero" yang diberi arti satu sosok legendaris dalam mitologi yang dikaruniai kekuatan yang luar biasa, keberanian dan kemampuan, serta diakui sebagai keturunan dewa. Pahlawan adalah sosok yang selalu membela kebenaran dan membela yang lemah.
Dalam cerita perwayangan dikenal tokoh Arjuna dari Pandawa dinilai sebagai pahlawan yang membela kebenaran dari kebatilan. Pahlawan juga dipandang sebagai orang yang dikagumi atas hasil tindakannya, serta sifat mulianya, sehingga diakui sebagai contoh dan tauladan.
Pahlawan sering dikaitkan dengan keberhasilan dalam prestasi gemilang dalam bidang kemiliteran. Pada umumnya pahlawan adalah seseorang yang berbakti kepada masyarakat, negara, bangsa dan atau umat manusia tanpa menyerah dalam mencapai cita-citanya yang mulia, sehingga rela berkorban demi tercapainya tujuan, dengan dilandasi oleh sikap tanpa pamrih pribadi.
Seorang pahlawan bangsa yang dengan sepenuh hati mencintai negara bangsanya sehingga rela berkorban demi kelestarian dan kejayaan bangsa negaranya disebut juga sebagai patriot.
Kategori pahlawan pun ada banyak, tergantung dengan prestasi yang disumbangkannya, seperti pahlawan kemanusiaan, pahlawan nasional, pahlawan perintis kemerdekaan, pahlawan revolusi, pahlawan proklamasi, pahlawan iman, pahlawan tanpa tanda jasa, pahlawan kesiangan, dan sebagainya.

Ini arti pahlawan bagi generasi sekarang

Jum'at,  16 Agustus 2013  −  10:03 WIB
Ilustrasi. (sindophoto)
Sindonews.com - Kini gagasan tentang kepahlawanan telah banyak berubah. Bila sebelumnya kepahlawanan identik dengan perjuangan bersenjata, generasi sekarang melihat kepahlawanan berkaitan dengan perbuatan yang berarti bagi orang lain.

Kondisi itu diketahui dari hasil pantauan terbaru Prapancha Research (PR) terhadap 4 juta perbincangan tentang “pahlawan” dan “kepahlawanan” di jejaring sosial selama kurun waktu dua tahun, sejak 15 Agustus 2011-15 Agustus 2013.

Peneliti PR Adi Ahdiat mengatakan, semua kicauan yang dikicaukan ulang di atas seribu kali menganggap sosok pahlawan adalah ibu atau guru.

"Tindakan kepahlawanan adalah membahagiakan orang tua, tak bergantung pada siapa-siapa, mengasuh tanpa timbal balik, dan berani bertanggung jawab," kata Adi dalam keterangan pers-nya Jumat (16/8/2013).

Namun pada skala perbincangan yang lebih rendah kuantitasnya, pahlawan juga mencakup para olahragawan yang kiprahnya membanggakan bangsa. Contohnya Bambang Pamungkas, dengan reputasinya sebagai penyerang handal yang menempati lima besar pesepakbola Asia versi ESPN, dibicarakan sebagai pahlawan oleh @utdindonesia dan dikicaukan ulang sebanyak 720 kali.

Selain itu, tindakan yang juga dianggap kepahlawanan adalah tindakan berkarya, berprestasi, dan membangun bangsa. Kendati demikian, hal ini tak berarti sosok-sosok yang pernah berjuang demi kemerdekaan Indonesia tidak ada lagi dalam perbincangan publik.

Salah satunya, akun @vjdaniel mengicaukan, jangan menyia-nyiakan perjuangan pahlawan dengan membiarkan budaya luar membunuh budaya tanah air pada 17 Agustus 2012 silam dan dikicaukan ulang sebanyak 516 kali.

"Persepsi orang-orang (tentang kepahlawanan) berubah, khususnya pasca-Orde Baru. Makna kepahlawanan cenderung bergeser dan diekspresikan sebagai sesuatu yang sangat menyehari," ungkap Adi.

Adi menjelaskan, hingga masa pemerintahan Orde Baru nilai-nilai kepahlawanan yang ditanamkan melalui siaran televisi, buku sejarah, dan kurikulum sekolah masih tak jauh dari perjuangan bersenjata.

"Masyarakat telah berubah. Mereka harus diposisikan sebagai subjek aktif dalam kehidupan bernegara. Merekalah yang menentukan siapa pahlawan. Dengan demikian, tindakan kepahlawanan adalah tindakan yang punya dampak langsung bagi mereka," pungkas Adi.

(ysw)

Memaknai arti kepahlawanan

REP | 09 November 2012 | 23:11 Dibaca: 906   Komentar: 0   2
Kata pahlawan menurut kamus besar bahasa Indonesia berasal dari dua kata, bahasa sangsekerta, pahla dan wan. Pahla berarti buah, sedangkan wan bermakna sebutan bagi orangnya (bersangkutan). Dulu gelar pahlawan diberikan kepada siapa saja yang mati di medan pertempuran baik mati karena membela bangsa dan negaranya maupun agamanya. Namun di era modern ini gelar pahlawan menjadi lebih luas dan tidak ada batasan yang jelas. Misalnya saja seorang guru yang dikatakan pahlawan tanpa tanda jasa, seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang juga disebut sebagai pahlawan devisa negara, atau seorang ibu dapat dikatakan pahlawan dalam proses kelahiran anaknya sampai ke dunia. Maka secara umum pahlawan dapat diartikan seseorang yang telah mengorbankan waktu, materi, jasa, bahkan nyawa untuk kebaikan sesama.
Dalam memaknai arti kepahlawanan setiap orang mungkin boleh saja memiliki definisi masing-masing sesuai pengalaman dan pemikirannya. Namun  telah menjadi persamaan umum jika kita wajib menghormati jasa-jasa yang telah diberikan para pahlawan untuk bangsa ini. Sebagaimana pepatah mengatakan bahwa bangsa yang besar  adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya.
Sayangnya, seringkali kita luput dalam menghidupkan rasa hormat yang tulus. Banyak hal yang mungkin bisa dijadikan tolak ukur rasa hormat kita pada pengabdian jasa para pahlawan revolusi. Wujud itu dapat dilihat dari bagaimana kita dapat memahami arti kepahlawanan itu sendiri dan sebisa  mungkin meresapinya hingga timbul lah jiwa pahlawan dalam diri kita. Semoga kita tidak sampai  terpengaruh opini sesat yang justru beranggapan bahwa pahlawan itu selalu berarti yang berperang melawan musuh di medan perang, meledakan bom dan membunuh ratusan nyawa dengan membawa nama Tuhannya. Pahlawan yang sebenarnya adalah yang dapat membela nilai kebenaran disaat semua orang tak berani untuk melakukannya. So, bagaimana menurutmu?
Selamat hari pahlawan.

Menjaga Sejarah Kepahlawanan

Socialize It →
Indonesia kita adalah negeri yang bertaburan para pahlawan. Setiap jengkal tanahnya menyimpan bekas kucuran darah, keringat dan air mata para pahlawan. Namun entah mengapa setelah kemerdekaan 17 Agustus 1945, setelah tak ada lagi wajah-wajah asing yang berkeliaran memanggul senjata di pelosok-pelosok negeri ini, tiba-tiba saja kita kesusahan untuk menemukan para pahlawan. Kita kesulitan untuk menyebut seseorang itu pahlawan atau bukan. Indonesia kita kesulitan mencari para pahlawan. Mengapa demikian ?

Kesulitan menentukan siapa saja para pahlawan adalah sebuah masalah tersendiri. Ini kesalahan terbesar yang harus segera diselesaikan. Permasalahannya, yang sering tergambar dalam benak kita adalah sosok penuh ketenaran yang berjuang dengan dedikasi tinggi membela rakyat, bangsa, dan negara. Bayangan yang langsung muncul adalah sosok Pangeran Diponegoro, Bung Tomo, atau Sultan Hassanuddin. Sama sekali kita tidak menemukan kesulitan untuk menyebut mereka sebagai pahlawan. Jika benar, ini berarti memang membutuhkan syarat yang banyak untuk menjadi seorang pahlawan. Pertama, setidaknya dia harus dikenal dan karismatis. Selanjutnya, ia mempunyai prestasi besar yang mengubah jalannya sejarah. Jika kriteria ini yang kita pakai, maka jangan berharap kita akan menemukan kembali para pahlawan itu di masa kini, era reformasi. Terlalu banyak sosok yang dikenal saat ini, namun prestasinya tak lebih dari sekedar mewarnai pemberitaan media massa negeri ini, bukan mewarnai sejarah apalagi mengubahnya. Sebut saja nama-nama besar dari mulai pejabat, tokoh bangsa, atau aktifis mahasiswa sekalipun, manakah diantara mereka yang prestasinya bisa setara dengan para pahlawan jaman perjuangan ? Jangan-jangan, negeri kita ini memang sudah tidak produktif lagi mencetak para pahlawan ?

Ada sebuah jawaban yang ingin saya tawarkan pada Anda semua. Mencari para pahlawan adalah bukan pekerjaan yang bisa menyelesaikan permasalahan bangsa kita ini. Bahkan sekalipun benar bahwa para pahlawan itu ada, tanyalah pada diri mereka apakah mereka terlahir untuk dikenang orang dan disebut sebagai pahlawan. Mari mundur sejenak kita tengok sejarah, tanyakan pada para pahlawan yang kita kenal, apakah semua prestasi dan kerja besarnya didekasikan hanya untuk disebut dengan gelar pahlawan ? Jawabnya, Kalla ballaa. tidak sekali sekali tidak. Banyak diantara mereka masih merasa menjadi orang biasa-biasa saja, hingga puluhan tahun terlewat barulah gelar pahlawan itu tersemat disamping namanya. Ini berarti, yang disebut-sebut banyak orang sebagai pahlawan bukanlah karena sosoknya, namun karena kerja-kerja kepahlawanannya. Tidak penting ia dari mana dan seperti apa bentuknya, apa saja deretan gelarnya, namun yang penting adalah sudahkah ia menuai prestasi bagi bangsa ini. Singkatnya, gelar pahlawan sangat debatable, memungkinkan untuk ditolak dan diterima. Ada yang mengakui seseorang itu pahlawan dan ada pula yang dengan tegas menolak. Namun kerja-kerja kepahlawanan, hampir semua orang dengan serta merta akan mengakuinya. Membalasnya dengan simpati atau apa saja terserah, tapi bukan gelar sebagai pahlawan.

Jadi, tak perlu susah-susah mencari para pahlawan. Karena pahlawan bukanlah siapa tapi apa pekerjaannya ? apa saja prestasinya ?. Biarlah yang sudah terlanjur disebut pahlawan pada masa dulu tetap menjadi pahlawan. Tugas kita sekarang bukan lagi menjadi pahlawan, namun menjaga sejarah kepahlawanan mereka. Ini berarti kita harus meneruskan kerja-kerja mereka, namun kali ini tanpa diiringi dengan embel-embel sebagai pahlawan. Siapapun kita dan dimanapun posisi kita. Para pelajar, mahasiswa harus menghargai sejarah kepahlawanan bangsa ini. Ini artinya, kerja-kerja kita haruslah membangun bangsa ini, lewat karya intelektual, usulan dan gagasan ilmiah, atau sekedar 'pressure' moral unjuk aspirasi di jalanan. Bukan sebaliknya, menodainya dengan tawuran brutal atau aksi hedonis di mall-mall dan kebebasan yang keblabasan.
Menjaga sejarah kepahlawan bagi para pejabat dan seluruh aparat negara berarti bertobat untuk tidak lagi 'menumpang' jabatan dan fasilitas untuk mengumpulkan kekayaan secara tidak sah. Selain itu, menghapus bersih dan membuang jauh-jauh keinginan untuk dihormati dan dilayani. Namun sebaliknya, menghormati dan melayani. Itulah kerja-kerja kepahlawanan, sama sekali tidak mempedulikan pujian ataupun cemoohan. Begitu seterusnya, karena kerja-kerja kepahlawanan tak mengenal situasi, kondisi, momentum dan yang semacamnya.

Indonesia kita sekarang lebih membutuhkan kerja-kerja kepahlawanan dari pada sosok-sosok pahlawan. Kita membutuhkan semangat kepahlawanan dari pada pahlawan itu sendiri. Biarkan saja para pahlawan itu muncul dengan sendirinya ataupun dinobatkan banyak orang, itu bukan urusan kita. Yang terpenting bagi kita saat ini adalah, setiap kita mempunyai kerja-kerja kepahlawanan. Jika dulu mengusir penjajah, maka sekarang menolak setiap bentuk penjajahan dan infiltrasi asing. Jika dulu memakai bambu runcing, pedang, dan senjata api, maka saat ini biarkan akal kita berkerut, lidah kita bicara dan pena kita menuangkannya, kemudian tangan dan kaki kita menjalankannya sepenuh rasa. .Masih teramat banyak kerja-kerja kepahlawanan menunggu kita.

Menjaga sejarah kepahlawanan itu berat. Karena itu berarti kita tidak boleh mengkhianati kepahlawanan mereka. Pekerjaaan-pekerjaan rumah yang ditinggalkan harus kita teruskan dengan lebih baik lagi. Bukan meninggalkan apalagi menghancurkannya. Masih terngiang jelas bagaimana Khalifah Abu Bakar as Shiddiq begitu teguh menjaga sejarah kepahlawanan pendahulunya , Rasulullah SAW, ketika mulai muncul fenomena penolakan atas penarikan zakat. Dengan lantang ia berkata, " Demi Allah, sungguh aku akan memerangi mereka yang menolak membayar zakat, sementara dulu mereka menunaikannya pada zaman Rasulullah SAW hidup. Aku akan memeranginya meskipun aku tinggal sendirian ". Wallahu A'lam bisshowab
2012-11-10 20:47:00
Heroisme dan Patriotisme!
H. Bambang Eka Wijaya

"HERO dan patriot sama artinya, pahlawan! Tapi, isinya berbeda! Hero mengandung arti dan penggunaan lebih luas, sedangkan patriot dibatasi prinsip idealisme yang luhur!" ujar Umar. "Orang-orang yang berada paling depan dalam tawuran bisa dianggap sebagai hero bagi kelompoknya! Tapi, bukan patriot!"

"Para pemikir kita sering melukiskan beda hero dan patriot lewat Kumbokarno dan Wibisono! Keduanya adik Rahwana, raja Alengko!" timpal Amir. "Kumbokarno contoh hero! Ia korbankan jiwa-raganya demi abangnya, yang sekaligus raja penguasa negerinya! Sebaliknya Wibisono, sang patriot! Ia tak mau berkorban demi abang yang bejat, suka melecehkan perempuan seperti pada Shinta, istri Shri Rama dari Poncowati! Rahwana juga raja adigang-adigung, menindas rakyat, suka menyerang negara tetangga. Merampas harta kerajaan dan warganya! Wibisono memegang prinsip moral dan kebenaran, menolak rezim lalim meski itu abangnya sendiri! Itulah model patriot!"

"Namun, meskipun hero bisa menjadi Kumbokarno atau biang tawuran, heroisme dalam lingkup terbatas itu tidak semata berarti buruk!" tegas Umar. "Heroisme bahkan dibutuhkan dalam melindungi atau mengatasi masalah keluarga, utamanya dari berbagai hal yang mengandung ancaman! Ketika orientasi perjuangan terkait kepentingan umum, penyikapannya meningkat jadi patriotisme! Ketepatan penyikapan penting, karena skala perjuangan berpengaruh pada orientasi! Jika perjuangan berskala kepentingan publik diorientasikan pada skala keluarga, berubah menjadi KKN!"

"Dalam kehidupan sehari-hari beda heroisme yang bersifat negatif dari yang positif, sangat tipis!" timpal Amir. "Bahkan antara heroisme negatif dan patriotisme juga tak sekontras Kumbokarno-Wibisono! Perlu nalar dewasa untuk memilah dan menyelaraskan sikap pada prinsip moral dan kebenaran! Patriotisme memang ekspresi kedewasaan! Karena itu, jangan harapkan itu dari kalangan pemimpin yang sering bersikap kekanak-kanakan!"

"Celakanya, di media massa, terutama televisi setiap hari yang ditayangkan kebanyakan ekspresi kekanak-kanakan para pemimpin bangsa ini!" tukas Umar. "Dari situ, para remaja sukar mencari contoh patriotisme! Akibatnya, yang mereka teladani hanya heroisme sempit yang negatif, subur menyemangati tawuran pelajar, mahasiswa, dan massa antardesa!" ***

Deskripsi dari heroisme

heroisme (he.ro.is.me) /héroisme/

nomina (n)

  • keberanian dl membela keadilan dan kebenaran; kepahlawanan(nomina)

Pahlawan
بطل
batholun

Anda adalah Seorang Pahlawan bagi Diri Anda, Keluarga dan Lingkungan Anda

Tanggal 10 November adalah hari Pahlawan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “pahlawan” didefinisikan sebagai orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang yang gagah berani.

Tidaklah aneh banyak orang yang beranggapan bahwa seseorang dikatakan sebagai pahlawan bila ia telah melakukan hal yang sangat luar biasa, menonjol dan gagah berani.

Persepsi ini tidaklah salah. Akan tetapi, kita jangan sampai terjebak pada sebuah asumsi bahwa pahlawan hanyalah segelintir orang tertentu yang kita kenal dan pelajari sewaktu belajar di sekolah dulu.

Sebenarnya setiap kita juga bisa menjadi seorang pahlawan. Coba kita simak ungkapan Christopher Reeve ~ Superman ~. Ia akhirnya lumpuh karena cedera yang dialaminya sewaktu mengikuti perlombaan olahraga berkuda. Ia mengatakan “Seorang Pahlawan adalah manusia biasa (termasuk saya dan Anda) yang menemukan kekuatan untuk tekun dan bertahan dalam menghadapi hambatan besar” .

Siapakah manusia yang tidak pernah menghadapi hambatan dan masalah besar dalam hidup ini? Pada umumnya setiap kita pernah mengalaminya.

Hal yang dibutuhkan untuk bisa melewati semua tantangan itu adalah kekuatan untuk mampu bertahan dan terus bertekun hingga akhirnya kita bisa melewatinya.

Tulisan Inspirasi Pagi ~ Dedy Budiman ~

Anda pasti pernah melihat video “IMPIAN” yang seringkali diputar di acara dBCN kan? Saya menaruh sebagian “IMPIAN” saya disana. That’s why saya seringkali terharu ketika menontonnya..  

Mengapa saya memakai lagu “Hero” sebagai lagu pengantarnya? Karena Lagu tersebut sangat berkaitan dengan tulisan di atas. Simak deh sebagian lirik lagunya.

There's a hero.. If you look inside your heart ..You don't have to be afraid.. Of what you are
There's an answer.. If you reach into your soul.. And the sorrow that you know.. Will melt away
And then a hero comes along.. with the strength to carry on.. And you cast your fears aside..
And you know you can survive.. So when you feel like hope is gone.. Look inside you and be strong..
And you'll finally see the truth.. That a hero lies in you

Ya, Saya dan Anda bisa menjadi Pahlawan.  Pahlawan atas mimpi-mimpi kita. Pahlawan bagi keluarga, pasangan, anak, orangtua, adik, kakak, saudara kita. Pahlawan bagi orang lain yang kita bantu. Pahlawan bagi Lingkungan sekitar kita.

Asalkan kita memiliki kekuatan untuk mampu bertahan dan terus bertekun hingga akhirnya kita bisa melewati rintangan.

Jadilah seorang Pahlawan Sahabatku..
Kerjakan bisnis ini sebelum kita membutuhkannya..
Tetap FOKUS.. hadapi dan nikmati semua rintangan and See You at the Top.


0 komentar:

Posting Komentar